User Icon Hai pembaca setia! Temukan solusi media online Anda di AMK WebDev.

Habib Syakur Kecam Penghapusan Klasifikasi Beras Premium dan Medium: Bapanas dan Bulog Kerjanya Hanya Tidur!

Jakarta, MadasNusantara – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Alhamid mengecam keras Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Badan Urusan Logistik (Bulog) yang berada di balik rencana penghapusan klasifikasi beras jenis ultimate premium dan medium di pasaran.

Penghapusan beras jenis premium dan medium ini sebagai imbas adanya kisruh beras oplosan yang ramai belakangan.

“Selama ini Bapanas dan Bulog kemana aja batang hidungnya, kok baru nongol ketika ada kisruh soal beras oplosan,” kata Habib Syakur kepada liranews.com, Sabtu (26/7/2025).

Ulama asal Malang Raya ini menuding kinerja Bapapas dan Perum Bulog selama ini nyaris tidak ada. Mereka hanya menunggu momentum untuk tampil seolah-olah sebagai pahlawan.

“Bapanas dan Bulog kerjanya hanya tidur sambil menunggu ada momentum kisruh beras oplosan, baru ramai-ramai menyalahkan pihak lain, dalam hal ini pabrik beras. Pahlawan kesiangan namanya,” kata Habib Syakur.

Habib Syakur mengingatkan, klasifikasi jenis beras premium, ultimate dan medium itu adalah bagian dari bisnis pabrikan beras, karena kualitas dan variasi jenisnya memang berbeda-beda.

“Pabrikan beras mau membentuk merek peremium, ulitimete, dan medium, itu sah-sah saja. Mereka kan usaha, berinvestasi juga. Kok seenaknya mau dihapus. Ini kan aneh,” tandas Habib Syakur.

Ia meminta Bapanas jangan asal-asalan meminta penghapusan kategorisasi jenis beras premium dan medium di pasar lokal. Karena hal itu mematikan inovasi dan kesempatan bagi masyarakat untuk memilih kualitas konsumsinya, dalam hal ini beras berkualitas.

Sebaliknya, Habib Syakur menilai Bapanas maupun Perum Bulog semestinya berterimakasih pada pabrikan beras yang berhasil membangun kinerja pangan nasional dengan baik, khususnya pada produksi beras.

“Bapanas maupun Bulog kok malah menghambat kemajuan. Mempersempit ruang gerak pabrikan beras untuk berinovasi,” jelas Habib Syakur.

Selama ini, kata Habib Syakur, pabrikan beras menguasai pasar produksi beras hampor 65 persen secara nasional. Pabrikan beras juga sudah punya relasi dengan petani agar semakin maju.

Karena itu, ia menilai sangat aneh jika Bapanas dan Perum Bulog membuat kebijakan yang jelas-jelas akan menghambat dan mematikan inovasi bagi pertanian beras nasional.

Habib Syakur juga mempertanyakan kemampuan Bapanas dan Bulog dalam menyediakan beras kualitas baik kepada masyarakat.

“Apakah selama ini Bapanas peduli dengan dinamika pasar dan kualitas beras di pasaran? Sejauh mana juga mutu beras SPHP dari Bulog? Kita harus fair melihat,” tandasnya.

Oleh sebab itu, Habib Syakur meminta Pemerintah khususnya Kementerian Pertanian melakukan audit investigatif dan audit forensik terhadap Bapanas dan Perum Bulog.

“Audit investigasi ini perlu dilakukan agar Bapanas dan Bulog tidak asal-asalan membuat kebijakan, yang ujung-ujungnya menyengsarakan rakyat,” tuntas Habib Syakur.

AMK WebDev

Bangun portal berita profesional & ringan.

💬 Konsultasi Globe News

Media Online Siap Pakai

Desain menarik, panel redaksi, dan dukungan SEO.

📞 Hubungi Kami News Globe