Oleh: Dwi Taufan Hidayat
TIDUR adalah anugerah yang sering kita anggap sepele. Padahal, dalam diamnya tubuh yang terlelap, terdapat peluang besar untuk meraih keberkahan, kesehatan, dan ketenangan jiwa. Hanya dalam 60 detik, mari kita pahami bagaimana posisi tidur sebuah hal yang tampak remeh ternyata menyimpan hikmah agung dari sisi medis maupun ajaran Rasulullah ﷺ.
Hampir semua manusia tidur setiap hari, namun tidak semua manusia tidur dengan cara yang benar. Posisi tidur, selain berdampak besar pada kesehatan tubuh, juga dapat mencerminkan karakter, kebiasaan, bahkan kedekatan spiritual seseorang kepada Tuhannya. Mari kita cermati satu per satu posisi tidur yang umum dilakukan, lalu kita lihat bagaimana panduan dari sunnah menuntun kita menuju pilihan terbaik.
Pertama, posisi tengkurap. Secara medis, posisi ini dianggap paling berbahaya. Ketika seseorang tidur tengkurap, berat tubuh menekan organ dalam, terutama paru-paru dan jantung. Akibatnya, pernapasan menjadi tidak maksimal, dan tubuh harus bekerja lebih keras untuk mengalirkan oksigen ke otak dan organ vital lainnya. Bahkan, para pakar kesehatan menyebut tidur tengkurap sebagai pintu masuk gangguan pernapasan dan nyeri punggung. Dan lebih dari itu, Nabi Muhammad ﷺ melarang keras tidur tengkurap.
Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ pernah melihat seorang sahabat tidur tengkurap, lalu beliau bersabda:
إِنَّهَا ضِجْعَةٌ يُبْغِضُهَا اللَّهُ
“Itu adalah cara tidur yang dibenci Allah.” (HR. Abu Dawud no. 5040)
Tidur tengkurap bukan hanya mengganggu kesehatan, tetapi juga mengundang kemurkaan Allah. Jika Allah membenci suatu kebiasaan, adakah kebaikan yang tersisa di dalamnya?
Kedua, posisi terlentang. Posisi ini mungkin tampak nyaman, dan sering diasosiasikan dengan raja atau orang-orang besar karena tampak megah. Namun, kenyataannya, tidur terlentang juga dapat menimbulkan masalah, terutama bagi mereka yang mengalami gangguan tidur seperti sleep apnea atau mendengkur. Posisi ini membuat lidah dan jaringan lunak lainnya mudah jatuh ke belakang, menyumbat saluran pernapasan.
Orang tua zaman dulu berkata: Tidur terlentang adalah tidurnya para raja,
Tapi apakah semua raja hidup sehat dan bahagia?
Ketiga, posisi miring ke kiri. Sekilas, posisi ini tampak baik. Namun secara anatomi, posisi ini menekan jantung dan hati. Kedua organ vital tersebut terletak di sisi kiri tubuh. Bila seseorang tidur miring ke kiri, maka berat organ-organ di atasnya ikut memberi tekanan, terutama dari paru-paru kanan yang lebih besar dan lebih berat. Hal ini memperlambat pencernaan dan membuat tubuh merasa lesu saat bangun tidur.
Dokter dan ahli gizi menyebut bahwa tidur miring ke kiri setelah makan bisa memperlambat proses pengosongan lambung. Artinya, perut akan bekerja lebih lama, asam lambung lebih mudah naik, dan tubuh sulit merasa segar keesokan harinya. Maka, posisi ini pun tidak direkomendasikan sebagai posisi tidur ideal.
Keempat, posisi miring ke kanan. Di sinilah titik terang itu muncul. Medis dan sunnah bertemu dalam satu simpul kebijaksanaan. Ketika seseorang tidur miring ke kanan, posisi organ dalam menjadi lebih stabil. Lambung menggantung secara alami, jantung tidak tertekan, hati lebih rileks, dan paru-paru kiri (yang ukurannya lebih kecil) tidak menindih organ di bawahnya.
Rasulullah ﷺ telah lebih dulu mengajarkan posisi tidur terbaik ini jauh sebelum dunia kedokteran modern berkembang.
عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ، وَقُلْ: اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ
“Jika engkau hendak tidur, maka berwudulah seperti wudumu untuk salat, lalu tidurlah di sisi kananmu dan ucapkanlah: Ya Allah, aku serahkan wajahku kepada-Mu dan aku pasrahkan urusanku kepada-Mu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam sunnah, tidak hanya posisi yang diperhatikan, tetapi juga keadaan hati, kesucian diri, dan doa yang dibaca sebelum tidur. Islam mengajarkan bahwa tidur bukan sekadar istirahat, melainkan bentuk kecil dari kematian sementara. Maka, hendaknya seseorang tidur dalam keadaan bersih, tenang, dan pasrah kepada Allah.
Selain itu, dalam kitab-kitab adab, para ulama menuliskan tafsir simbolik tentang posisi tidur:
Tidur terlentang dianggap sebagai tidurnya para penguasa, yang sering lupa diri oleh dunia.
Tidur tengkurap adalah tidurnya setan, penuh dengan kelalaian dan jauh dari fitrah.
Tidur miring ke kiri adalah kebiasaan orang kaya yang banyak makan dan terlalu nyaman dengan dunia.
Tidur miring ke kanan adalah tidurnya orang-orang saleh, para ulama, dan para nabi.
Ini bukan sekadar perumpamaan, melainkan cermin dari bagaimana posisi tubuh saat tidur bisa mencerminkan kualitas batin dan kecenderungan hati seseorang. Bukankah dalam Islam, setiap gerak tubuh adalah ibadah jika diniatkan dengan benar?
Tidur miring ke kanan membawa ketenangan. Bahkan ketika seseorang wafat, jenazahnya pun disunnahkan menghadap ke kanan, seolah menunjukkan bahwa tidur terakhir manusia pun harus mengikuti sunnah. Tidur dalam posisi ini dapat menjadi latihan untuk husnul khatimah: berakhir dalam ketundukan, ketenangan, dan kedekatan kepada Allah.
Maka, mulai malam ini, mari kita biasakan tidur sebagaimana Rasulullah ﷺ tidur. Bukan karena kita ingin sekadar sehat, tetapi karena kita ingin meneladani kehidupan beliau dalam segala aspek, sekecil apapun itu.
Jika dalam tidur pun kita mengikuti sunnah, maka hidup kita akan lebih terarah, dan mati kita pun semoga dalam keadaan terjaga iman.
Wallāhu a‘lam.