Yang Dicari Itulah Ditemui

Oleh: Dwi Taufan Hidayat

HATI adalah kompas yang menentukan arah pencarian manusia. Bila yang dicari adalah keburukan, maka keburukanlah yang ditemukan, bahkan di tempat suci. Namun jika yang dituju adalah kebaikan, maka kebaikan akan muncul, meski dalam lingkungan paling buruk sekalipun. Inilah rahasia hati dan niat, yang disingkap oleh ajaran Islam.

Dalam kehidupan ini, kita sering kali sibuk mengevaluasi tempat, waktu, dan keadaan di sekitar kita, seolah-olah semua kebaikan dan keburukan bergantung pada di mana kita berada. Namun, Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa bukan tempat yang menentukan apa yang akan kita temui, melainkan apa yang kita cari, apa yang kita niatkan, dan bagaimana hati kita menuntun langkah kita.

Allah ﷻ berfirman:

﴿وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا﴾
“Wa alladhīna jāhadū fīnā lanahdiyannahum subulanā”
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-‘Ankabūt: 69)

Ayat ini menegaskan bahwa petunjuk Allah datang kepada siapa pun yang sungguh-sungguh mencarinya, tak peduli di mana dia berada. Maka jika seseorang berjalan di lorong kelam dunia, tapi hatinya menyala-nyala mencari cahaya, Allah akan membukakan pintu cahaya itu baginya.

Sebaliknya, meskipun seseorang berada di masjid suci, di hadapan Ka’bah, atau di Madinah yang diberkahi, namun jika yang dia cari adalah cela, aib, dan kejahatan, maka hanya itulah yang akan dilihat dan dirasakannya. Sebab hatinya memang telah buta, bukan karena tempatnya yang gelap.

Rasulullah ﷺ bersabda:

«إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ»
“Inna Allāha lā yanzhuru ilā ṣuwārikum wa amwālikum, walākin yanzhuru ilā qulūbikum wa a‘mālikum”
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)

Inilah fondasi dari semua perjalanan ruhani: niat. Bila seseorang berniat mencari ilmu, maka Allah akan mempertemukannya dengan guru. Bila seseorang mencari kebaikan, maka walau ia berada di tengah orang-orang yang buruk, hatinya akan tetap hidup, tetap bersinar, dan tetap menjunjung kemuliaan. Sebaliknya, orang yang mencari alasan untuk membenci, pasti akan menemukannya, bahkan dari orang yang paling tulus sekalipun.

Mari kita lihat bagaimana para sahabat memaknai niat dalam pencarian mereka. Umar bin Khattab رضي الله عنه masuk Islam bukan karena tempat atau suasana, tetapi karena pencariannya akan kebenaran. Ia pernah pergi hendak membunuh Rasulullah ﷺ, tapi justru dalam perjalanan itulah Allah mempertemukannya dengan hidayah. Sebab dalam hatinya ada kejujuran, walau diselimuti amarah. Dan Allah melihat kejujuran itu.

Kisah lain datang dari seorang pemuda yang masuk ke tempat maksiat, namun dengan niat untuk berdakwah, untuk menyelamatkan saudaranya dari lembah dosa. Dan Allah pun menyelamatkannya. Sebab meski tempat itu buruk, tapi niatnya suci. Hatinya bersih. Maka kebaikan datang menyambutnya.

Allah ﷻ juga mengingatkan:

﴿فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا﴾
“Faman kāna yarjū liqā’a rabbihi falyā’mal ‘amalan ṣāliḥā”
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh…” (QS. Al-Kahfi: 110)

Amal saleh bukan sekadar perbuatan, tapi hasil dari niat yang saleh. Dan Allah akan mencocokkan hasil pencarian kita dengan isi hati kita. Tak heran jika ada orang yang tinggal di pesantren, tapi hatinya gersang. Ada yang tinggal di lorong pasar, tapi lisannya selalu zikir. Sebab tempat tak mampu menipu Allah. Hati yang menentukan.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pernah berkata:

“Sesungguhnya perjalanan kepada Allah bukan ditempuh dengan kaki, melainkan dengan hati.”

Jadi, janganlah sibuk mencari tempat terbaik kalau yang kita bawa adalah niat yang rusak. Jangan menyalahkan lingkungan jika hati kita sendiri tak pernah belajar mengenali cahaya. Jangan heran jika yang kita temukan hanyalah keburukan, karena mungkin itulah yang kita cari sejak awal.

Orang yang suka mencari kesalahan, akan mudah menemukan celah di manapun, bahkan pada amal yang paling mulia. Tapi orang yang jujur mencari kebaikan, akan mampu melihat keindahan dari orang yang terburuk sekalipun.

Karena itu, mari kita jaga hati kita. Mari kita benahi niat kita. Sebab apa pun yang kita cari, itulah yang akan dipertemukan Allah kepada kita.

Jika yang kita cari adalah ridha-Nya, maka jalan menuju ridha-Nya akan terbuka meski penuh duri. Jika yang kita cari adalah dosa, maka kita akan tergelincir bahkan di atas sajadah. Maka waspadalah dengan apa yang kita niatkan, karena niat adalah benih dari seluruh takdir.

Semoga Allah menjadikan kita hamba yang selalu mencari kebaikan, di mana pun kita berada, dan mempertemukan kita dengan cahaya-Nya yang tak pernah padam.

﴿يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ﴾
“Yahdillāhu linūrihi man yashā’”
“Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nūr: 35)